
Kopi Indonesia kembali menunjukkan performa menggembirakan di pasar domestik dan internasional. Produksi dan ekspor terus meningkat, sementara selera konsumen global juga bergeser ke arah kopi berkualitas tinggi. Berikut rangkuman perkembangan terbaru dan kecenderungan konsumsi kopi di seluruh dunia.
1. Lonjakan Produksi dan Ekspor Nusantara
- Produksi 2025/26: Diperkirakan mencapai 11,3 juta karung (satu karung = 60 kg), naik 5% dibandingkan musim sebelumnya, berkat cuaca mendukung dan perbaikan pemupukan serta bibit unggul (USDA, Mei 2025).
- Ekspor 2025/26: Tumbuh 7% menjadi 6,5 juta karung, dengan robusta Lampung dan Arabika Gayo menjadi komoditas unggulan (Daily Coffee News, Juni 2025).
Pertumbuhan ini menunjukkan kematangan produksi kopi di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Sumatera, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara.
2. Perkembangan per Wilayah
- Sumatera: Konsentrasi robusta di Lampung, Bengkulu, dan Aceh mendorong volume tertinggi. Aceh Gayo juga mengukir nama di ranah specialty sebagai single-origin Arabika beraroma jeruk nipis dan herbal (SCAI, 2024).
- Sulawesi: Toraja dan Enrekang terus meningkatkan output Arabika berkualitas lewat metode wet-hull tradisional yang menciptakan rasa earthy dan rempah.
- Jawa: Kopi Ijen dan Preanger memperlihatkan peningkatan konsistensi cita rasa, memanfaatkan tanah vulkanik dan praktik pascapanen yang ketat.
- Nusa Tenggara: Flores Bajawa dan Manggarai fokus pada varietas natural process, menghasilkan rasa floral dan karamel yang diminati pasar Eropa.
3. Konsumsi Kopi Lokal Menguat
- Per kapita Indonesia: Meningkat dari 1,1 kg (2017) menjadi 1,5 kg per tahun (BPS, 2024).
- Pertumbuhan Kedai Kopi: Jumlah gerai specialty coffee di kota besar naik 20% dalam tiga tahun terakhir, menandakan tingginya antusiasme konsumen muda.
Kebiasaan minum kopi di rumah juga semakin populer, seiring kenaikan penjualan mesin espresso rumahan dan peralatan manual brew.
4. Tren Konsumsi Global
- Nordik: Finlandia (8–12 kg per kapita), Swedia (8,2 kg).
- Amerika Serikat: 4,7 kg per kapita, dengan permintaan pada kopi single-origin dan cold brew terus naik.
- Asia Timur: Jepang (~3,3 kg), Korea Selatan (~2,7 kg), menempatkan kopi sebagai bagian gaya hidup urban.
Indonesia, meski per kapita masih di bawah negara-negara tersebut, mencatat pertumbuhan paling cepat di Asia Tenggara, terutama di kalangan milenial dan Gen Z.
5. Peluang dan Tantangan ke Depan
- Peluang:
- Meningkatkan nilai tambah lewat sertifikasi organik dan fair-trade.
- Ekspansi pasar baru di Timur Tengah dan Amerika Latin.
- Tantangan:
- Penyesuaian dengan regulasi EUDR (Uni Eropa) terkait jejak deforestasi.
- Kebijakan tarif AS yang akan menerapkan bea masuk 32% bagi green bean.
6. Dampak bagi Petani dan Industri
Kenaikan permintaan dan harga memberi tambahan pendapatan bagi petani dan eksportir. Namun, untuk mempertahankan pertumbuhan jangka panjang, diperlukan investasi dalam:
- Pendidikan agronomi dan teknik pascapanen
- Infrastruktur pengolahan kopi di level desa
- Sistem jejak rantai pasok digital untuk memenuhi standar internasional
Dengan sinergi antara pemerintah, asosiasi kopi, dan pelaku usaha, Indonesia berpeluang memanfaatkan momentum ini untuk mengukuhkan posisi sebagai produsen kopi spesialti terkemuka dunia.
Referensi
- United States Department of Agriculture (USDA), Indonesia: Coffee Annual https://www.fas.usda.gov/data/indonesia-coffee-annual-9, Mei 2025.
- Daily Coffee News, Indonesia Coffee Report, https://dailycoffeenews.com/2025/06/04/indonesia-coffee-report-exports-up-though-tariffs-and-eudr-linger/, 4 Juni 2025.
baca juga : https://kampuskopi.com/berita-kopi/