Apakah Kopi Specialty Masih Relevan di Tengah Tren Kopi Susu Kekinian?

Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia (ke-4 setelah Brasil dan Vietnam). Konsumsi kopi dalam negeri terus meningkat; misalnya Badan Pusat Statistik mencatat konsumsi mencapai sekitar 4,785 juta kantong (60 kg) pada tahun 2023. Belakangan ini, demam kopi susu kekinian sangat besar, terutama di kalangan generasi muda. Riset Toffin (2019) menunjukkan 60% generasi milenial menyukai kopi susu gula aren kekinian. Gerai kopi ready-to-go kekinian pun tumbuh cepat—dalam tiga tahun terakhir jumlahnya melonjak tiga kali lipat. Kehadiran brand lokal seperti Kopi Kenangan dan Janji Jiwa memeriahkan industri kopi nasional. Tren kopi susu didukung pendanaan besar dan modal ventura. Banyak gerai berlomba menambah varian rasa lokal (misal cendol, klepon) sesuai selera konsumen. Perluasan pasar ini sekaligus menandakan kopi campuran biasa kehilangan keunikan cita rasanya. Sebagai respons, muncul istilah kopi specialty untuk kopi berkualitas tinggi yang segmen pasarnya berbeda.

Tren Kopi Susu Kekinian di Indonesia

Kopi susu kekinian adalah minuman kopi instan gaya pop yang dicampur susu dan sirup perasa. Minuman ini populer karena rasanya yang manis dan mudah dinikmati. Survei Toffin (2019) mencatat 6 dari 10 generasi milenial menyukai kopi susu gula aren kekinian. Survei lain menunjukkan 85% konsumen Gen Y/Z tertarik mencoba varian kopi susu kekinian. Konsumen kopi susu adalah value for money consumer: 86,45% di antaranya menghabiskan kurang dari Rp 200.000 per bulan untuk jajan kopi. Gerai kopi kekinian berlomba menawarkan menu kreatif (misal topping biskuit, boba) agar tetap menarik. Intinya, kopi susu kekinian mengandalkan kepraktisan dan variasi cita rasa lokal yang disukai banyak orang.

Definisi dan Nilai Kopi Specialty

Kopi specialty adalah kopi dengan mutu sangat tinggi menurut standar internasional. Secara sederhana, kopi dikatakan specialty jika mendapat skor cupping di atas 80 dari 100. Ini berarti rasa, aroma, dan kualitas biji kopi tersebut jauh lebih unggul. Semakin tinggi skornya (misalnya 85–89 atau 90–100), kopi akan dihargai lebih mahal; harga kopi specialty bisa mencapai 5–10 kali lipat kopi biasa.

Di Indonesia, kopi specialty sering terkait dengan kopi single-origin dari daerah tertentu. Kondisi tanah vulkanik dan iklim di wilayah seperti Aceh Gayo, Mandailing, dan Toraja menghasilkan kopi beraroma unik. Cita rasa ini membuat kopi Indonesia semakin disukai pasar global. Dukungan pemerintah dan asosiasi kopi terus diperkuat (misal kontes seduh, pelatihan barista) agar kopi specialty Indonesia mampu bersaing di dunia. Di pasar domestik, gelombang konsumsi kopi ketiga memopulerkan kopi hitam berkualitas; misalnya konsumsi kopi domestik mencapai sekitar 4,785 juta kantong pada 2023. Dengan begitu, kopi specialty menjadi komoditas bernilai tambah tinggi yang sangat diunggulkan.

Kopi Specialty vs Kopi Susu Kekinian: Persaingan atau Koeksistensi?

Ilustrasi dua gelas kopi—satu berisi latte dengan campuran susu dan satu berisi espresso murni—mewakili pilihan antara kopi susu kekinian dan kopi hitam ala specialty. Kopi specialty dan kopi susu kekinian menyasar segmen pasar berbeda, sehingga lebih bersifat saling melengkapi daripada saling menggantikan. Kedua jenis kopi ini memiliki keunikan tersendiri dari segi target konsumen, rasa, harga, dan tempat penyajian. Beberapa perbedaan utama meliputi:

  • Target konsumen: Kopi susu kekinian disukai generasi muda dan penikmat kopi kasual yang senang rasa manis. Kopi specialty lebih populer di kalangan pencinta kopi sejati dan konsumen kelas menengah ke atas.
  • Rasa dan komposisi: Kopi susu menonjolkan campuran kopi dengan susu dan perasa, menciptakan minuman lembut dan manis. Kopi specialty menekankan kemurnian cita rasa kopi (aroma khas tiap daerah) dan biasanya disajikan hitam atau dengan sedikit susu.
  • Harga: Kopi susu kekinian umumnya terjangkau (di bawah Rp50.000 per gelas). Sebaliknya, kopi specialty karena mutu biji yang tinggi dijual jauh lebih mahal.
  • Tempat penyajian: Kedai kopi susu kekinian tersebar di kafe kasual, kedai pinggir jalan, atau gerai siap saji. Kedai kopi specialty biasanya coffee shop butik dengan barista terlatih dan teknik seduh eksklusif (espresso, manual brew).
  • Nilai tambah: Specialty coffee sering menonjolkan transparansi asal biji (traceability) dan keberlanjutan, sedangkan kopi susu kekinian lebih mengandalkan branding dan inovasi menu untuk menarik pengunjung.

Meskipun berbeda segmen, kedua tren ini bisa koeksis dengan baik. Konsumsi kopi di Indonesia sangat tinggi; survei mencatat 40% orang Indonesia minum dua cangkir kopi per hari. Artinya, masih ada ruang pasar luas untuk berbagai jenis kopi. Banyak orang menikmati kopi hitam premium suatu waktu, namun juga memesan latte manis di waktu lain. Banyak kedai modern kini menawarkan menu keduanya. Jadi, tren kopi susu kekinian tidak sepenuhnya menggeser kopi specialty. Kopi susu memperluas budaya ngopi ke masyarakat luas, sementara kopi specialty menjaga ceruk pasar kualitas tinggi. Dukungan pemerintah dan komunitas kopi terhadap specialty Indonesia menegaskan bahwa kedua tren ini lebih koeksis daripada saling menggantikan.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *