Bagaimana Cupping Score Menentukan Nilai Kopi di Pasar Global

Dari Meja Cupping ke Pasar Dunia – Mengapa Skor Itu Penting

Dalam industri kopi spesialti, cupping score bukan sekadar angka. Ia adalah representasi kualitas rasa, aroma, dan karakteristik yang menjadikan secangkir kopi berharga di mata konsumen global. Skor ini ditentukan melalui proses evaluasi sensorik yang ketat dan objektif oleh para Q Grader atau coffee taster profesional yang bersertifikasi.

  • Fragrance/Aroma – Aroma kering dan basah kopi.
  • Flavor – Rasa dominan saat kopi diminum.
  • Aftertaste – Rasa yang tertinggal setelah diteguk.
  • Acidity – Keasaman alami yang menyegarkan.
  • Body – Tekstur dan kekentalan kopi.
  • Balance – Keseimbangan keseluruhan dari semua elemen rasa.
  • Sweetness – Tingkat manis alami dari kopi.
  • Clean Cup – Kebersihan rasa tanpa cacat.
  • Uniformity – Konsistensi antar cangkir.
  • Overall – Penilaian subjektif total dari cupper.

Apa Itu Cupping Score?

Cupping score adalah sistem penilaian kopi yang dikembangkan oleh Specialty Coffee Association (SCA) untuk menstandarkan kualitas kopi secara global. Skor ini diberikan berdasarkan 10 parameter, termasuk:

Aspek yang Dinilai dalam Cupping Score:

Skor maksimal adalah 100 poin. Jika kopi mendapatkan nilai:

  • <80.  :  Non Specialty
  • 80–84.99: Very Good (Spesialti Grade Rendah)
  • 85–89.99: Excellent
  • 90–100: Outstanding (Langka dan sangat dihargai di pasar dunia)

Kenapa Skor Ini Penting di Pasar Global?

  1. Menentukan Harga di Pasar Internasional
    Kopi dengan skor di atas 85 bisa dijual jauh lebih mahal dibanding kopi komersial. Petani dan koperasi yang memproduksi kopi dengan skor tinggi akan mendapatkan akses ke pasar premium.
  2. Menjadi Pedoman Importir dan Roaster
    Importir dan roaster di luar negeri menggunakan skor ini untuk menentukan pilihan pembelian. Mereka mencari kopi dengan karakteristik rasa yang menonjol dan sesuai dengan pasar mereka.
  3. Transparansi dan Kredibilitas
    Skor yang diberikan oleh Q Grader membantu memberikan transparansi kepada konsumen akhir bahwa kopi tersebut memenuhi standar mutu internasional. Ini juga menjadi jaminan kualitas untuk kopi yang dilabeli sebagai specialty coffee.
  4. Mendorong Perbaikan di Tingkat Petani
    Dengan mengetahui parameter yang dinilai, petani bisa meningkatkan proses budidaya, panen, dan pascapanen agar menghasilkan kopi dengan kualitas lebih baik dan skor lebih tinggi.

Bagaimana Cupping Dilakukan?

Cupping dilakukan di meja khusus dengan beberapa cangkir kopi yang diseduh tanpa filter menggunakan metode tertentu. Proses ini melibatkan:

  • Menimbang kopi dan menggiling kasar
  • Menyeduh air panas dan menunggu kopi berkembang aromanya
  • Menghirup aroma dan mencicipi menggunakan sendok untuk menilai rasa
  • Mencatat dan menilai berdasarkan formulir cupping SCA

Specialty Coffee dan Cupping Score Kopi yang disebut specialty adalah kopi berkualitas tinggi yang diproses dengan teliti dari hulu ke hilir — mulai dari kebun, panen, proses pascapanen, hingga penyajian. Salah satu standar utama yang digunakan untuk mengklasifikasikan kopi sebagai specialty adalah cupping score.

Menurut Specialty Coffee Association (SCA), kopi dapat dikategorikan sebagai specialty apabila memiliki cupping score minimal 80 poin dari skala 100. Penilaian ini dilakukan oleh Q Grader bersertifikasi melalui sesi cupping, yaitu metode mencicipi kopi secara sistematis untuk mengevaluasi berbagai karakter rasa, seperti aroma, keasaman, body, balance, sweetness, aftertaste, dan uniformity.

Berikut adalah beberapa kopi dari Indonesia yang masuk kategori specialty dengan cupping score ≥ 80 poin, berdasarkan penilaian profesional dari Q Grader atau data kompetisi kopi nasional dan internasional:

1. Kopi Gayo (Aceh)

  • Cupping Score: 84–87
  • Profil Rasa: Body penuh, keasaman sedang, notes herbal, earthy, kadang spicy.

2. Kopi Mandailing (Sumatra Utara)

  • Cupping Score: 82–85
  • Profil Rasa: Earthy, cokelat hitam, rendah asam, aftertaste panjang.

3. Kopi Java Preanger (Jawa Barat)

  • Cupping Score: 83–86
  • Profil Rasa: Nutty, floral, light body, dengan keasaman yang cerah.

4. Kopi Toraja (Sulawesi Selatan)

  • Cupping Score: 84–88
  • Profil Rasa: Balanced, kompleks, notes kayu manis dan cokelat, body sedang.

5. Kopi Wamena (Papua)

  • Cupping Score: 82–85
  • Profil Rasa: Floral, bersih, rendah asam, sangat halus.

6. Kopi Flores Bajawa (NTT)

  • Cupping Score: 84–86
  • Profil Rasa: Manis, sedikit spicy, dengan keasaman seimbang.

Dampaknya di Pasar Global

  • Harga jual kopi dengan skor tinggi bisa 2–5 kali lipat lebih mahal dibandingkan kopi komersial.
  • Cupping score menjadi daya tarik utama bagi importir, roaster, dan kafe di seluruh dunia.
  • Petani kopi yang menghasilkan kopi dengan skor tinggi seringkali mendapat kontrak langsung (direct trade) dan premium harga.

Studi Kasus Kopi Indonesia

Kopi Indonesia seperti Gayo, Toraja, Manggarai, dan Flores sering kali mendapatkan skor di atas 82. Ini menjadikan mereka favorit di pasar specialty global, terutama di Jepang, AS, dan Eropa.

Kesimpulan

Cupping score bukan hanya instrumen teknis, melainkan peta jalan bagi petani dan produsen menuju pasar global. Di dunia di mana cita rasa kopi menjadi nilai jual utama, skor ini memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang berhasil menembus pasar premium dan mendapatkan harga yang layak. Dengan memahami dan menerapkan standar penilaian yang tepat, produsen dan pelaku industri kopi dapat meningkatkan kualitas produk mereka dan meraih posisi yang lebih baik di pasar internasional.

Referensi resmi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *