Wisata Kopi Nusantara Meningkat Pasca World of Coffee 2025

Wisata kopi menawarkan pengalaman autentik: pengunjung dapat menjelajahi kebun kopi, ikut memanen buahnya, hingga belajar pengolahan biji kopi. Setelah Indonesia menjadi tuan rumah World of Coffee 2025 di Jakarta, euforia kopi lokal juga membanjiri pariwisata. Deputi Kemenpar Hariyanto menyebut wisata kopi kini menjadi “pengalaman otentik” yang dicari wisatawan. Ajang global tersebut memicu wisatawan mancanegara datang mencicipi kopi “langsung dari sumbernya” dan menjelajahi keindahan alam Nusantara. Untuk memfasilitasi gelombang baru ini, Kemenpar bahkan mengenalkan Indonesia Coffee Trail sebagai rute khusus kopi. Prestasi barista Indonesia di kompetisi dunia juga ikut mengangkat nama kopi Nusantara ke panggung internasional.

Dataran Tinggi Gayo (Aceh): Surga Kopi Arabika

Di Tanah Gayo, Aceh, hamparan kebun kopi Arabika menyapa pelancong di udara dingin dataran tinggi. Setiap bulan Agustus digelar Festival Kopi Gayo di Takengon, menargetkan sekitar 50 ribu pengunjung. Selain panggung utama berisi pameran biji kopi dan pertunjukan budaya Gayo, ada pula Coffee Farm Tour ke kebun-kebun kopi rakyat di lereng Bukit Barisan. Festival ini melibatkan ratusan pelaku lokal: lebih dari 300 petani kopi, UMKM kuliner, dan komunitas seni menampilkan kekayaan budaya Gayo sambil mempromosikan produknya. Bahkan diadakan kompetisi barista nasional dengan juri mancanegara serta sesi cupping yang diikuti pembeli dari Malaysia, Taiwan, dan Uni Emirat Arab. Pemerintah setempat pun mengadakan pelatihan pemasaran digital bagi petani dan pelaku usaha, agar kopi Gayo bisa dipasarkan lebih luas secara online.

Tana Toraja (Sulawesi Selatan): Kopi di Negeri di Atas Awan

Di Toraja, wisata kopi berpadu dengan pesona budaya dan alam pegunungan. Di desa wisata Benteng Ka’do To’ria (Toraja Utara), pengunjung diajak melihat langsung proses kopi Toraja – mulai memetik hingga menyeduh – semuanya dilakukan secara manual. Suasana lembah dan perbukitan Toraja memperkaya pengalaman ini. Topografi Toraja yang bergunung-gunung membuat kebunnya berada di ketinggian (sekitar 900–2.100 m di Pango-Pango atau Sapan), sementara proses pengolahannya sering dilakukan di lembah Rantepao yang lebih rendah. Dengan begitu, wisatawan dapat menikmati pemandangan alam sambil mempelajari seluk-beluk kopi Toraja yang unik. Warga lokal di Toraja juga makin aktif membangun kafe dan warung kopi, sehingga cerita “kopi di Negeri di Atas Awan” menjadi semakin hidup di kalangan pelancong.

Bondowoso (Jawa Timur): Republik Kopi Jawa Timur

Bondowoso dijuluki “Republik Kopi” karena budidaya kopinya yang masif. Pemerintah kabupaten sengaja menghadirkan Kampung Kopi di alun-alun kota, sehingga wisatawan lokal maupun mancanegara bisa mencicipi kopi arabika khas Bondowoso (Java Ijen Raung) tanpa jauh-jauh ke perkebunan. Kebanggaan lokal juga ditunjukkan lewat Festival Kopi Nusantara. Misalnya, festival kopi kedua di Bondowoso menghadirkan 12 varian kopi Robusta dari seluruh Indonesia.

Selain uji cita rasa, festival itu menggelar lomba sangrai, meracik, dan menyeduh kopi, bahkan sajian jazz saat acara pembukaan. Keterlibatan kaum muda terlihat jelas di sini – banyaknya kedai kopi baru dan anak muda yang giat ikut memproses kopi sendiri. Petani lokal pun mulai mengolah hasil panennya hingga siap seduh, tidak lagi menyerahkan ke tengkulak. Semua inisiatif ini memperkuat ekosistem kopi dan menyatukan petani, pengusaha, dan pemerintah demi kemandirian produksi Bondowoso.

Pariwisata Kopi dan Ekonomi Kreatif

Minat tinggi pada kopi menumbuhkan ekonomi kreatif di daerah-daerah kopi. Di Gayo dan Toraja, muncul banyak homestay agrowisata dan kedai kopi eksotik sebagai pendukung wisata. Pemerintah pusat mendukung dengan berbagai program, seperti pelatihan digital marketing bagi petani dan kampanye “Kopi Lokal Wisata Kopi” untuk menstimulasi pengembangan produk pariwisata bernilai tinggi.

Perhatian dunia semakin mengarah ke kopi Indonesia setelah barista kita berprestasi di kompetisi dunia. Para pelaku UMKM kopi memanfaatkan momentum ini, misalnya dengan bekerja sama membangun Indonesia Coffee Trail, rute wisata yang menghubungkan kebun-kebun kopi dari Aceh hingga Papua. Seluruh upaya itu mendukung perekonomian lokal: wisata kopi menjadi sumber penghasilan baru sekaligus ajang mempromosikan budaya setempat. Hingga kini, sejumlah festival kopi lokal terus bermunculan dan beragam inisiatif pasca-WOC – dari rute wisata tematik hingga lokakarya kopi – turut menjaga momentum pertumbuhan wisata kopi Nusantara.

Sumber: Informasi dikumpulkan dari laporan media mengenai Festival Kopi Gayo, adat budaya Toraja, program pariwisata Bondowoso, serta pernyataan pejabat Kemenparekraf. Selain itu, pengamatan wisatawan dan pelaku lokal menguatkan tren naiknya minat wisata kopi pasca-World of Coffee 2025.

salah satu pencapaian hebat dari adanya event WoC, buka https://www.beritapapua.co/ekonomi/2025/05/kopi-papua-sukses-di-world-of-coffee-2025-raup-transaksi-rp16-miliar/

baca juga : https://kampuskopi.com/category/coffee-bean-type/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *