Ekspor Kopi Indonesia Melesat: 206,7 Ribu Ton di Semester I — AEKI Targetkan Naik 10% sampai Akhir Tahun
Kopi Nusantara kembali menunjukkan daya saingnya di pasar global. Badan resmi dan pelaku industri melaporkan angka ekspor yang kuat pada paruh pertama 2025 dan menargetkan pertumbuhan hingga akhir tahun.
Angka ekspor
Badan resmi mencatat Indonesia mengekspor sekitar 206,7 ribu ton (206,7 juta kg) kopi sepanjang Januari–Juni 2025. Data ini menunjukkan permintaan global tetap kuat untuk biji kopi dari berbagai daerah penghasil di dalam negeri.
Nilai dan pasar tujuan
Nilai ekspor semester pertama 2025 mendekati US$1,13 miliar, dengan Amerika Serikat menyerap volume terbesar dari total ekspor. Negara-negara Uni Eropa, Jepang, Timur Tengah, dan beberapa negara Asia Tenggara ikut menyumbang porsi signifikan. Kondisi ini memperlihatkan pasar tradisional sekaligus pasar specialty terus membuka ruang bagi kopi Indonesia.
AEKI targetkan kenaikan volume sampai akhir 2025
Asosiasi Eksportir & Industri Kopi Indonesia (AEKI) menargetkan kenaikan volume ekspor hingga sekitar 10% pada akhir 2025. AEKI beralasan bahwa pasokan yang relatif stabil dan permintaan internasional yang terus meningkat memberi ruang untuk ekspansi volume pengiriman. Jika target tercapai, pelaku usaha kecil dan menengah bisa memperoleh akses pasar yang lebih luas.
Faktor pendorong pertumbuhan ekspor
Beberapa faktor mendorong capaian ekspor dan optimisme AEKI:
Permintaan specialty dan single-origin meningkat di pasar impor, sehingga kopi berprofil unik (Gayo, Toraja, Flores, Kintamani) mendapat perhatian.
Jalinan dagang dan business matching—pameran dan festival kopi membantu mempertemukan pembeli internasional dengan roaster dan eksportir lokal.
Stabilitas pasokan pada masa panen dan perbaikan praktik pasca panen memberi kualitas yang lebih konsisten untuk diekspor.
Peluang bagi petani dan roaster lokal
Kenaikan volume ekspor membuka peluang nyata bagi petani dan roaster:
Roaster lokal bisa memperluas volume pembelian green bean dan menawarkan produk dengan label asal (single-origin) yang bernilai tinggi.
Petani mendapat peluang premium jika mereka menerapkan praktik pasca panen yang meningkatkan skor mutu (cupping score).
Model kemitraan langsung (direct trade) memberi gambaran keuntungan lebih adil dibandingkan jalur komoditas konvensional.
Tantangan yang mesti diatasi
Meski prospeknya positif, beberapa tantangan tetap mengintai:
Fluktuasi harga global dapat memengaruhi margin eksportir dan daya beli importir.
Perubahan iklim dan serangan hama bisa memengaruhi hasil panen dan kontinuitas pasokan.
Logistik dan standar ekspor memerlukan perbaikan operasional agar produk sampai tujuan dengan kualitas tetap terjaga.
Rekomendasi singkat untuk pelaku industri
1. Perkuat kemitraan dengan petani lewat kontrak pembelian dan pelatihan pasca panen.
2. Tingkatkan dokumentasi asal (traceability) untuk menjawab permintaan pasar specialty.
3. Manfaatkan pameran dan trade mission untuk langsung bertemu buyer dan membuka jalur ekspor baru.
4. Diversifikasi produk (kopi roasted, kapsul, cold brew concentrate) agar nilai tambah tetap tinggi.
Kesimpulan
Ekspor kopi Indonesia mencapai 206,7 ribu ton pada semester I-2025, dan AEKI menargetkan peningkatan volume sekitar 10% hingga akhir 2025. Data ini memberi sinyal positif: kopi Nusantara masih diminati pasar internasional dan pelaku industri punya peluang memperbesar nilai tambah. Pelaku di hulu dan hilir perlu berkolaborasi untuk menjaga kualitas, memperkuat rantai pasok, dan memaksimalkan manfaat ekonomi dari lonjakan ekspor ini.
—
Sumber utama data: laporan media dan pernyataan AEKI terkait ekspor kopi Indonesia semester I dan proyeksi akhir tahun. (Indonesia ekspor 2067 ribu ton kopi)




