Apakah Espresso Benar-Benar Lebih Kuat? Ini Fakta Ilmiah tentang Konsentrasi Kafein

Mitos vs fakta

Banyak orang menyangka espresso selalu lebih “kuat” daripada kopi drip. Sebagai ahli kopi, saya jelaskan perbedaan kunci: kekuatan (strength) bisa berarti dua hal—konsentrasi kafein per mililiter dan total kafein per sajian. Espresso memang lebih pekat per volume, tetapi cangkir kopi drip sering membawa lebih banyak kafein total karena volume lebih besar.

Apa yang dimaksud “lebih kuat”?

Kekuatan rasa berbeda dari konsentrasi kafein. Rasa pekat muncul karena ekstrak padat yang tinggi per mililiter. Konsentrasi kafein mengukur berapa miligram kafein ada dalam setiap mililiter minuman. Total kafein menghitung semua miligram dalam seluruh sajian. Oleh sebab itu, kita harus bedakan dua konsep ini saat membandingkan espresso dan drip.

Bukti numerik sederhana (contoh praktis)

Saya ambil contoh umum untuk memperjelas:

  • Single shot espresso (sekitar 30 ml) mengandung kira-kira 60–70 mg kafein.
  • Satu cangkir kopi drip (sekitar 240 ml / 8 oz) mengandung kira-kira 80–140 mg kafein, tergantung biji dan cara seduh.

Jika kita hitung konsentrasi dengan nilai tengah: 63 mg pada 30 ml menghasilkan 2,1 mg kafein per ml. Untuk 95 mg pada 240 ml, konsentrasi turun menjadi sekitar 0,4 mg per ml. Dari perhitungan ini, espresso membawa kafein sekitar lima kali lebih pekat per volume dibandingkan kopi drip. Namun, total kafein dalam cangkir drip sering melebihi satu shot espresso karena volume jauh lebih besar.

Faktor ilmiah yang memengaruhi kandungan kafein

Beberapa variabel menentukan jumlah kafein dalam minuman akhir:

  1. Dose biji (gram) — semakin banyak bubuk, semakin banyak kafein potensial.
  2. Ukuran gilingan — gilingan halus meningkatkan laju ekstraksi; espresso menggunakan gilingan halus sehingga ekstraksi berlangsung cepat dan intens.
  3. Waktu kontak — seduhan panjang (drip, cold brew) memberi waktu lebih lama untuk melarutkan kafein.
  4. Suhu air — suhu lebih tinggi meningkatkan ekstraksi.
  5. Robusta vs Arabika — biji Robusta mengandung lebih banyak kafein dibanding Arabika; roaster dan blender memilih komposisi sesuai target kafein dan rasa.
  6. Profil pemanggangan — roast lebih gelap sedikit menurunkan massa kafein per volume, tetapi perbedaan tidak besar dibanding pengaruh dosis dan waktu ekstraksi.

Analisis laboratorium singkat (cara ilmiah mengukur)

Ahli biasanya memakai kromatografi cair (HPLC) untuk mengukur mg kafein per ml secara akurat. Metode ini menampilkan angka konkret sehingga roaster, cafe owner, atau peneliti bisa membandingkan sajian dengan tepat. Di lapangan, roaster menilai dampak perubahan dosis, gilingan, dan waktu seduh untuk mendapatkan profil kafein yang konsisten.

Implikasi praktis untuk konsumen dan kedai

  • Jika kamu butuh dorongan cepat tanpa minum banyak cairan, pilih espresso atau ristretto.
  • Jika kamu ingin kafein lebih banyak untuk sepanjang pagi, minum cangkir drip yang lebih besar atau cold brew pekat.
  • Jika kamu sensitif terhadap kafein, perhatikan tidak hanya jenis minuman tetapi juga ukuran sajian dan jenis biji (Arabika vs Robusta).

Kesimpulan singkat

Espresso benar-benar lebih kuat dalam arti konsentrasi per mililiter, tetapi kopi drip dan minuman berukuran besar sering mengandung lebih banyak kafein total per sajian. Untuk memahami “kekuatan” secara tepat, periksa volume, dosis biji, metode seduh, dan jenis biji. Sebagai ahli kopi, saya sarankan melakukan eksperimen sederhana: catat ukuran sajian dan bagaimana tubuh merespons—itu cara paling praktis untuk menemukan minuman yang cocok dengan kebutuhanmu.


baca juga: https://kampuskopi.com/2024/04/17/espresso/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *